11/11/2013

Hadits: Sunan At Tirmidzi (1)

باب ما جاء لا تقبل صلاة بغير طهور
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ: أَخْبَرَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ، ح وحَدَّثَنَا هَنَّادٌ قَالَ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ إِسْرَائِيلَ، عَنْ سِمَاكٍ، عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «لَا تُقْبَلُ صَلَاةٌ بِغَيْرِ طُهُورٍ وَلَا صَدَقَةٌ مِنْ غُلُولٍ»، قَالَ هَنَّادٌ فِي حَدِيثِهِ: «إِلَّا بِطُهُورٍ». هَذَا الْحَدِيثُ أَصَحُّ شَيْءٍ فِي هَذَا الْبَابِ وَأَحْسَنُ. وَفِي الْبَابِ عَنْ أَبِي الْمَلِيحِ، عَنْ أَبِيهِ، وَأَبِي هُرَيْرَةَ، وَأَنَسٍ. وَأَبُو الْمَلِيحِ بْنُ أُسَامَةَ اسْمُهُ عَامِرٌ، وَيُقَالُ: زَيْدُ بْنُ أُسَامَةَ بْنِ عُمَيْرٍ الْهُذَلِيُّ
Bab Tidak Diterimanya Sholat Tanpa Bersuci
Qutaibah bin Said menceritakan kepada kami, Abu Awanah memberitahukan kepada kami dari Simak bin Harb, (ha) Hannad menceritakan kepada kami, Waki' menceritakan kepada kami dari Israil, dari Simak, dari Mush'ab bin Sa'id, dari Ibnu Umar, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Tidak diterima shalat tanpa suci dan tidak diterima sedekah dari harta khianat (curian dari harta rampasan perang)" (Hannad berkata di dalam haditsnya, "Kecuali dengan suci"). Shahih: Ibnu Majah (272) dan Shahih Muslim
Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hadits yang paling shahih dalam bab ini, dan yang paling hasan." Dalam bab ini terdapat hadits dari Abul Malih, dari ayahnya dan Abu Hurairah serta Anas, Abu Malih bin Usamah namanya adalah Amir, ia disebut (dipanggil) Zaid bin Usamah bin Umair Al Hudzali.

Faedah dari hadits:
1- Huruf  ح  atau ha (ح وحَدَّثَنَا) : dinamakan Tahwil (pindah) maksudnya berpindah ke sanad yang lain dari matan hadits yang sama.
2- Diterimanya suatu amalan ada dua macam:
a.  Keadaan dimana amalan tersebut terkumpul di dalamnya rukun-rukun dan syarat-syaratnya.
b.  Keadaan dimana amalan tersebut mendapatkan ridho Allah `azza wa jalla.
3- Dan yang dimaksud dalam hadits ini adalah makna pertama, dengan dalil bahwa ijma` tidak sahnya shalat yang tidak didahului bersuci / dalam keadaan tidak suci.
4- Ghulul secara bahasa : sariqotul ibil ( pencurian onta), secara istilah adalah pencurian harta rampasan perang, kemudian makanya diperluas dan dimuthlaqkan menjadi setiap harta yang jelek (sumbernya).
5-      وَفِي الْبَابِ عَنْ أَبِي الْمَلِيحِ yang dimaksud Abul Malih disini adalah Abu Abil Malih bukan Abul Malih, karena yang meriwayatkan hadits adalah bapaknya ( Abu Abil Malih).
( Faedah diringkas dari kitab: العرف الشذي شرح سنن الترمذي, yang ditulis oleh: Muhammad Anwar Syah bin Mu`adzom Syah al Hindi, di tahqiq oleh Syekh Mahmud Syakir)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar