8/05/2015

Begini Nasib Jadi Kontraktor

Punya rumah sendiri walaupun tidak begitu luas, yang cukup buat berteduh di siang hari, tempat badan melepas lelah di malam hari adalah impian semua orang. Rumah sebagai tempat berkumpul keluarga, bermain anak-anak dan yang lainnya. 

 Namun tak semua impian bisa kita capai, tak semua keinginan bisa kita gapai. Seperti punya rumah sendiri. Mungkin butuh waktu lama bagi kami sekeluarga untuk memiliki rumah yang seadanya. Dekat dengan tempat mengajar. 

 Selama ini, sejak menikah 7 tahun yang lalu, kami sudah berpindah-pindah rumah kontrakan. Seperti orang jaman dahulu : nomaden. Sudah ada sekitar 5 rumah kontrakan yang kami tempati di Jakarta. Semuanya dalam bentuk kontrakan petak, hanya cukup buat satu keluarga. Senang & susah kami hadapi bersama di rumah-rumah. Muhammad anak pertama kami, kami besarkan di 3 kontrakan akhir. Melewati kerasnya kehidupan Ibukota, sambil kami menyelasaikan masa kuliah kami di sana. 

 Alhamdulillah, ketika memutuskan pulang ke Magelang, kami langsung ditempatkan di sebuah rumah kontrakan besar, terdiri dari 3 kamar, 2 kamar mandi, 1 ruang tamu, 1 ruang tengah, dapur. Rumah yang sangat besar bagi yang terbiasa tinggal di rumah petakan.

Hal yang paling menyulitkan selama ini adalah proses pindahan. Rumah jadi berantakan, butuh penataan rumah dengan segala perabotannya. Alhamdulillah selama proses itu, teman-teman kuliah & tetangga banyak yang membantu. Sehingga semua beban kesulitan itu bisa diringankan. 

Jazaakumullah khairan kepada orang-orang yang sudah merelakan waktu & tenaganya untuk membantu kami selama ini. Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk bisa mencapai impian kita, punya rumah sendiri, dekat dengan tempat kerja, & lingkungan yang mendukung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar